Jumat, 02 Maret 2012

Gagalnya Kepemimpinan jawanesia

Baru-baru ini kita agak dikejutkan dengan pemberitaan media terhadap tindakan segelintir masyarakat Nusantara yang tidak bertanggung jawab. Tindakan segelintir itu walaupun hanya beberapa orang saja, tetapi diberitakan seolah-olah mewakili keseluruhan rakyat Indonesia.
Penulis melihat gerakan memecah belah hubungan persaudaraan, kekeluargaan, suku kaum, agama dan jaringan intelektual khasnya Indonesia dan Malaysia memiliki agenda tersendiri. Kebanyakan tindakan itu dilakukan oleh suku kaum tertentu di Indonesia. Hasil dari pengamatan penulis dari beberapa orang mendapati bahawa gerakan mereka ini dibayar.
Gerakan ini sepertinya ingin menutupi kegagalan pemerintah yang dimonopoli oleh suku kaum tertentu dan mereka tidak ingin melihat melayu menjadi kuat di Nusantara mengalahkan satu suku kaum yang mempercayai mitos lama mereka tentang panglima Gajah Mada.
Walaupun mitos itu tidak dapat dibuktikan (seperti fakta sejarah Raja Haji Pahlawan Nusantara teragung) secara ilmiyah dengan tidak didapatinya pengaruh, baik bahasa, agama, adat budaya orang Jawa di Nusantara, namun mitos itu menjadi kepercayaan bagaikan agama oleh sebahagian mereka yang fanatik. Pengaruh Jawa hanya dapat dilihat pada masyarakat transmigran (Seperti Felda di Malaysia) di beberapa daerah Indonesia atas kebijakan Presiden Soeharto ketika itu.
Selama kepemimpinan mereka, Indonesia tidak pernah keluar dari masalah kemiskinan, pengangguran, kecelaruan, Korupsi, kolusi dan nepotisme lainnya. Konsep kepimpinan anak tuhan (dewa) yang anti kritik, munafik, merasa benar sendiri dan merasa sebagai sumber kebenaran. Boleh menzalimi rakyat jelata, simbol burung elang yang boleh saja mematuk binatang kecil seperti ular, tikus, burung yang ada didekatnya.
Konsep kepemimpinan, dimana kelompok elit dan pemimpin beserta kroninya berada di puncak langit ke tujuh dengan berbagai kesenangan dan kemewahan yang ada. Sementara rakyat jelata berada dibawah mengacau tanah dengan segala macam kesusahan dan penderitaan yang ada. Seperti kata Iwan Fals, “peduli apa dengan mereka, yang penting aku senang lenang”.Duduk diatas singgasana istana dengan hanya pandai menitah tanpa berbuat apa-apa. Tetapi tanpa disadari segala titah itu hanyalah untuk kepentingan mereka dan kroni, bukan untuk kemaslahatan rakyat.
Mengamalkan teori politik Machiavelli dengan berusaha bagaimana supaya rakyat bawah tetap miskin dan susah agar mereka selamanya memerlukan pemerintahan mereka. Inilah peninggalan budaya kerajaan kuno dengan berlakunya penghambaan terhadap rakyat kecil untuk keperluan raja. Identity kepimpinan seperti itu diantara sebab kegagalan kepemimpinan mereka selama ini.
Lagu panglima gajah mada nampaknya selalu didendangkan dan terlalu dibesar-besarkan kerana isu itu sangat menguntungkan pemimpin yang akan selalu mendapatkan sokongan dari rakyat. Rakyat pula tidak perduli walaupun pemimpin itu seorang yang gagal, bodoh dan zalim, Korupsi, kolusi dan nepotisma yang menjadi penyebab mereka menderita selama ini. Sehingga Negara yang kaya sumber daya alamnya, rakyatnya harus bekerja diluar Negara dengan berbagai resiko dan penghinaan lainnya. Yang penting mereka orang kita, tak perduli ratusan juta rakyat akan menderita kerana salah dalam memilih pemimpin yang tidak ideal. Memanfaatkan konsep demokrasi yang ada, dimana suara seorang ustaz disamakan dengan nilai suara seorang pelacur dan suara seorang profesor sama nilainya dengan suara seorang yang tidak sekolah. Akibatnya;
Keragu-raguan Soekarno telah menyebabkan hilangnya sekitar 1 juta nyawa anak bangsa sia-sia. Gagal dalam perbaikan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan dan keamanan. Memerangi dan membunuh para pengkritik (PRRI, Dewan Banteng, Natsir, Hamka dll.), berlembut dengan penghancur Negara (PKI).
Ketegasan Soeharto terhadap musuh politiknya telah membuat dia membunuh dan menghilangkan para pengkritik dengan Tahanan politik dan narapidana politik, dengan tujuan ingin diri dan keluarga menguasai seluruh Negara ini, menjadi seperti Raja di zaman Majapahit. Tetapi dia lupa memerangi musuh Negara sebenarnya yaitu korupsi, kolusi dan nepotisme
Keragu-raguan Gusdur telah menyebabkan kematian ratusan umat Islam di Poso. Tegas dalam melindungi kaum minoritas dengan menzalimi hak-hak golongan mayoritas. Tidak suka diritik, merasa benar sendiri dan merasa sebagai sumber kebenaran.
Keragu-raguan Megawati telah membuat BUMN dijual kepada asing dengan harga dan waktu yang tidak transparan. Seperti ingin mempertahankan kemiskinan dan kebodohan agar masyarakat vakum selama-lamanya.
Keragu-raguan dan kelambanan SBY membuat kasus buaya vs cicak yang mengungkap berbagai kebobrokan di tanah air menjadi bertele-tele. Century, BLBI, Kriminalisasi KPK Bahkan entah ingin mengalihkan isu, SBY hanya akan mengambil tindakan kepada para pengkritik (sama seperti sifat eyang) bukan malah melihat kritik sebagai sinergi untuk menghancurkan segala kejahatan dan penyalahgunaan di Negara ini.
Antara Kegagalan sby lainnya ialah;
1. Sby tidak memiliki visi yg jelas tentang pembangunan ekonomi. Ekonomi masih terkooptasi gaya Orba yang sudah terbukti gagal yaitu dengan menerapkan rejim neoliberalisme.
2. Sby tidak mampu memenuhi janji nya untuk mensejahterakan masy (harga sembako mahal, minyak tanah menghilang, antri dimana-mana)
3. Sby tidak memenuhi janji tidak menaikan harga BBM (saat kampanye 2004)
4. Sby tidak memenuhi janjinya untuk menurunkan angka kemiskinan menjadi 18 juta (dari awalnya 36 juta), malah angka kemiskinan meningkat menjadi 41 juta jiwa* pasca kenaikan harga bbm 23 mei 2008 lalu
5. Sby tidak mampu mewujudkan janjinya dalam kampanye 2004 untuk membangun 1 juta rumah untuk kalangan miskin
6. Sby telah menyerahkan kekayaan negara berupa kandungan Blok Cepu sebanyak 10,9 milyar barel* kepada perusahaan asing (Exxon Mobile)
7. Pemberantasan korupsi dibawah pemerintah SBY sangat lamban. Tidak ada satupun kasus besar (BLBI) yg dapat diselesaikan oleh Kejakgung dan Polri era Sby. Pemberantasan korupsi sepenuhnya dilakukan oleh KPK yang merupakan badan independen (bukan subordinat Sby)
8. Pemerintah Sby melakukan state capture corruption, yaitu membiarkan legislasi pemerintahannya digerogoti oleh elit konglomerat yang menguasai berbagai proyek-proyek nasional
9. Pemerintah Sby melakukan state capture corruption dengan menjadikan politik APBN untk mempertahankan kekuasaan dengan menciptakan program-program yang berpotensi menyebabkan moral hazard di masyarakat sperti PNPM, P2KP, dll. Program-program tsb sangat lemah dalam tahap pengawasan sehingga rawan penyimpangan.
10. Pemerintah Sby menyuburkan KKN dengan menjadikan (beberapa) kerabat dan Tim Kampanye 2004 menjadi pejabat penting di BUMN dan TNI
11. Sebagai Presiden, Sby tidak bisa menjadi panutan bagi rakyatnya dalam bertindak prudent atau hati-hati dengan adanya kasus Sby ketipu sebanyak 3 kali yaitu Blue energy, padi supertoy dan pupuk nutrisi.
12. Sby tidak berani mereformasi binsis TNI
13. Angaran naik 2 kali lipat, tapi kemiskinan tidak berkurang, bahkan cenderung bertambah. Artinya, kebijakan yang ditelurkan tidak tepat sasaran dan tidak kredibel
14. Sby tidak mampu menjaga stabilitas ekonomi makro seperti inflasi yg sangat tinggi, ihsg dan kurs yng tidak stabil.
15. Sby tidak mampu meningkatkan alutsista negara secara signifikan padahal APBN naik 2 kali lipat dibanding 2004.
16. Politik luar negeri sangat kental dengan kepentingan Pihak AS sebagai contoh Sby tidak mampu bersikap tegas atas dikeluarkannya resolusi PBB tentang Nuklir Iran. Sby tidak memperhitungkan sebagai negara Islam terbesar di dunia lbh memilih untuk membela kepentingan sekutu AS ketimbang Iran. Sby juga menyerahkan Blok cepu kepada AS 1 hari sebelum kunjungan Menlu AS ke Indonesia.
17. Sby mengembangkan penegakan hukum secara adat, yaitu dengan membiarkan menteri2 nya yang terlibat kasus korupsi tidak diproses secara hukum yaitu Sudi, Hamid, Dino, Maftuh, Fahmi, Paskah, Kaban, Numbery, dll.
18. Dalam banyak kesempatan Sby melakukan pembohongan publik yaitu tentang angka kemiskinan dalam pidato kenegaraan thn 2006 dan tahun 2008
19. Sby diduga melakukan pembohongan publik dgn merekayasa statistik kemiskinan dan pengangguran. Hal ini dimungkinkan karena sejak thn 2005 BPS dialihkan menjadi dibawah wewenang Bappenas, bukan lagi di bawah Presiden dll.
D
alam sebuah seminar yang diadakan di Jawa mengemukakan antara kelemahan kepemimpinan Jawa yaitu; Pandai berkamuflase, munafik, plin plan, genggam bara, sungkan terhadap penjahat Negara yang KKN. Sifat itu adalah bagian dari kelemahan kepemimpinan Jawa di RI selama ini..
Kegagalan kepimpinan Jawa ini akan telihat dikala kita membandingkannya dengan kepempinan orang Bugis, Minang, Rao, Riau lainnya di Tanah melayu seperti di Brunei, Malaysia dan sebagainya yang agak lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar