Baru-baru
ini kita agak dikejutkan dengan pemberitaan media terhadap tindakan
segelintir masyarakat Nusantara yang tidak bertanggung jawab. Tindakan
segelintir itu walaupun hanya beberapa orang saja, tetapi diberitakan
seolah-olah mewakili keseluruhan rakyat Indonesia.
Penulis
melihat gerakan memecah belah hubungan persaudaraan, kekeluargaan, suku
kaum, agama dan jaringan intelektual khasnya Indonesia dan Malaysia
memiliki agenda tersendiri. Kebanyakan tindakan itu dilakukan oleh suku
kaum tertentu di Indonesia. Hasil dari pengamatan penulis dari beberapa
orang mendapati bahawa gerakan mereka ini dibayar.
Gerakan
ini sepertinya ingin menutupi kegagalan pemerintah yang dimonopoli oleh
suku kaum tertentu dan mereka tidak ingin melihat melayu menjadi kuat
di Nusantara mengalahkan satu suku kaum yang mempercayai mitos lama
mereka tentang panglima Gajah Mada.
Walaupun
mitos itu tidak dapat dibuktikan (seperti fakta sejarah Raja Haji
Pahlawan Nusantara teragung) secara ilmiyah dengan tidak didapatinya
pengaruh, baik bahasa, agama, adat budaya orang Jawa di Nusantara,
namun mitos itu menjadi kepercayaan bagaikan agama oleh sebahagian
mereka yang fanatik. Pengaruh Jawa hanya dapat dilihat pada masyarakat
transmigran (Seperti Felda di Malaysia) di beberapa daerah Indonesia
atas kebijakan Presiden Soeharto ketika itu.
Selama
kepemimpinan mereka, Indonesia tidak pernah keluar dari masalah
kemiskinan, pengangguran, kecelaruan, Korupsi, kolusi dan nepotisme
lainnya. Konsep kepimpinan anak tuhan (dewa) yang anti kritik, munafik,
merasa benar sendiri dan merasa sebagai sumber kebenaran. Boleh
menzalimi rakyat jelata, simbol burung elang yang boleh saja mematuk
binatang kecil seperti ular, tikus, burung yang ada didekatnya.
Konsep
kepemimpinan, dimana kelompok elit dan pemimpin beserta kroninya berada
di puncak langit ke tujuh dengan berbagai kesenangan dan kemewahan yang
ada. Sementara rakyat jelata berada dibawah mengacau tanah dengan
segala macam kesusahan dan penderitaan yang ada. Seperti kata Iwan Fals,
“peduli apa dengan mereka, yang penting aku senang lenang”.Duduk
diatas singgasana istana dengan hanya pandai menitah tanpa berbuat
apa-apa. Tetapi tanpa disadari segala titah itu hanyalah untuk
kepentingan mereka dan kroni, bukan untuk kemaslahatan rakyat.
Mengamalkan
teori politik Machiavelli dengan berusaha bagaimana supaya rakyat bawah
tetap miskin dan susah agar mereka selamanya memerlukan pemerintahan
mereka. Inilah peninggalan budaya kerajaan kuno dengan berlakunya
penghambaan terhadap rakyat kecil untuk keperluan raja. Identity
kepimpinan seperti itu diantara sebab kegagalan kepemimpinan mereka
selama ini.
Lagu
panglima gajah mada nampaknya selalu didendangkan dan terlalu
dibesar-besarkan kerana isu itu sangat menguntungkan pemimpin yang akan
selalu mendapatkan sokongan dari rakyat. Rakyat pula tidak perduli
walaupun pemimpin itu seorang yang gagal, bodoh dan zalim, Korupsi,
kolusi dan nepotisma yang menjadi penyebab mereka menderita selama ini.
Sehingga Negara yang kaya sumber daya alamnya, rakyatnya harus bekerja
diluar Negara dengan berbagai resiko dan penghinaan lainnya. Yang
penting mereka orang kita, tak perduli ratusan juta rakyat akan
menderita kerana salah dalam memilih pemimpin yang tidak ideal.
Memanfaatkan konsep demokrasi yang ada, dimana suara seorang ustaz
disamakan dengan nilai suara seorang pelacur dan suara seorang profesor
sama nilainya dengan suara seorang yang tidak sekolah. Akibatnya;
Keragu-raguan
Soekarno telah menyebabkan hilangnya sekitar 1 juta nyawa anak bangsa
sia-sia. Gagal dalam perbaikan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan
dan keamanan. Memerangi dan membunuh para pengkritik (PRRI, Dewan
Banteng, Natsir, Hamka dll.), berlembut dengan penghancur Negara (PKI).
Ketegasan
Soeharto terhadap musuh politiknya telah membuat dia membunuh dan
menghilangkan para pengkritik dengan Tahanan politik dan narapidana
politik, dengan tujuan ingin diri dan keluarga menguasai seluruh Negara
ini, menjadi seperti Raja di zaman Majapahit. Tetapi dia lupa memerangi
musuh Negara sebenarnya yaitu korupsi, kolusi dan nepotisme
Keragu-raguan
Gusdur telah menyebabkan kematian ratusan umat Islam di Poso. Tegas
dalam melindungi kaum minoritas dengan menzalimi hak-hak golongan
mayoritas. Tidak suka diritik, merasa benar sendiri dan merasa sebagai
sumber kebenaran.
Keragu-raguan
Megawati telah membuat BUMN dijual kepada asing dengan harga dan waktu
yang tidak transparan. Seperti ingin mempertahankan kemiskinan dan
kebodohan agar masyarakat vakum selama-lamanya.
Keragu-raguan
dan kelambanan SBY membuat kasus buaya vs cicak yang mengungkap
berbagai kebobrokan di tanah air menjadi bertele-tele. Century, BLBI,
Kriminalisasi KPK Bahkan entah ingin mengalihkan isu, SBY hanya akan
mengambil tindakan kepada para pengkritik (sama seperti sifat eyang)
bukan malah melihat kritik sebagai sinergi untuk menghancurkan segala
kejahatan dan penyalahgunaan di Negara ini.
Antara Kegagalan sby lainnya ialah;
1. Sby
tidak memiliki visi yg jelas tentang pembangunan ekonomi. Ekonomi masih
terkooptasi gaya Orba yang sudah terbukti gagal yaitu dengan menerapkan
rejim neoliberalisme.
2. Sby tidak mampu memenuhi janji nya untuk mensejahterakan masy (harga sembako mahal, minyak tanah menghilang, antri dimana-mana)
3. Sby tidak memenuhi janji tidak menaikan harga BBM (saat kampanye 2004)
4. Sby
tidak memenuhi janjinya untuk menurunkan angka kemiskinan menjadi 18
juta (dari awalnya 36 juta), malah angka kemiskinan meningkat menjadi 41
juta jiwa* pasca kenaikan harga bbm 23 mei 2008 lalu
5. Sby tidak mampu mewujudkan janjinya dalam kampanye 2004 untuk membangun 1 juta rumah untuk kalangan miskin
6. Sby
telah menyerahkan kekayaan negara berupa kandungan Blok Cepu sebanyak
10,9 milyar barel* kepada perusahaan asing (Exxon Mobile)
7. Pemberantasan
korupsi dibawah pemerintah SBY sangat lamban. Tidak ada satupun kasus
besar (BLBI) yg dapat diselesaikan oleh Kejakgung dan Polri era Sby.
Pemberantasan korupsi sepenuhnya dilakukan oleh KPK yang merupakan badan
independen (bukan subordinat Sby)
8. Pemerintah
Sby melakukan state capture corruption, yaitu membiarkan legislasi
pemerintahannya digerogoti oleh elit konglomerat yang menguasai berbagai
proyek-proyek nasional
9. Pemerintah
Sby melakukan state capture corruption dengan menjadikan politik APBN
untk mempertahankan kekuasaan dengan menciptakan program-program yang
berpotensi menyebabkan moral hazard di masyarakat sperti PNPM, P2KP,
dll. Program-program tsb sangat lemah dalam tahap pengawasan sehingga
rawan penyimpangan.
10. Pemerintah
Sby menyuburkan KKN dengan menjadikan (beberapa) kerabat dan Tim
Kampanye 2004 menjadi pejabat penting di BUMN dan TNI
11. Sebagai
Presiden, Sby tidak bisa menjadi panutan bagi rakyatnya dalam bertindak
prudent atau hati-hati dengan adanya kasus Sby ketipu sebanyak 3 kali
yaitu Blue energy, padi supertoy dan pupuk nutrisi.
12. Sby tidak berani mereformasi binsis TNI
13. Angaran
naik 2 kali lipat, tapi kemiskinan tidak berkurang, bahkan cenderung
bertambah. Artinya, kebijakan yang ditelurkan tidak tepat sasaran dan
tidak kredibel
14. Sby tidak mampu menjaga stabilitas ekonomi makro seperti inflasi yg sangat tinggi, ihsg dan kurs yng tidak stabil.
15. Sby tidak mampu meningkatkan alutsista negara secara signifikan padahal APBN naik 2 kali lipat dibanding 2004.
16. Politik
luar negeri sangat kental dengan kepentingan Pihak AS sebagai contoh
Sby tidak mampu bersikap tegas atas dikeluarkannya resolusi PBB tentang
Nuklir Iran. Sby tidak memperhitungkan sebagai negara Islam terbesar di
dunia lbh memilih untuk membela kepentingan sekutu AS ketimbang Iran.
Sby juga menyerahkan Blok cepu kepada AS 1 hari sebelum kunjungan Menlu
AS ke Indonesia.
17. Sby
mengembangkan penegakan hukum secara adat, yaitu dengan membiarkan
menteri2 nya yang terlibat kasus korupsi tidak diproses secara hukum
yaitu Sudi, Hamid, Dino, Maftuh, Fahmi, Paskah, Kaban, Numbery, dll.
18. Dalam
banyak kesempatan Sby melakukan pembohongan publik yaitu tentang angka
kemiskinan dalam pidato kenegaraan thn 2006 dan tahun 2008
19. Sby
diduga melakukan pembohongan publik dgn merekayasa statistik kemiskinan
dan pengangguran. Hal ini dimungkinkan karena sejak thn 2005 BPS
dialihkan menjadi dibawah wewenang Bappenas, bukan lagi di bawah
Presiden dll.
D
alam sebuah seminar yang diadakan di Jawa mengemukakan antara kelemahan kepemimpinan Jawa yaitu; Pandai berkamuflase, munafik, plin plan, genggam bara, sungkan terhadap penjahat Negara yang KKN. Sifat itu adalah bagian dari kelemahan kepemimpinan Jawa di RI selama ini..
Kegagalan
kepimpinan Jawa ini akan telihat dikala kita membandingkannya dengan
kepempinan orang Bugis, Minang, Rao, Riau lainnya di Tanah melayu
seperti di Brunei, Malaysia dan sebagainya yang agak lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar