Saya
pernah mendengar cerita dari seorang pejabat di Kalimantan. Katanya
pernah pemerintah Cina mendatangkan alat berat untuk membuka lahan
pertanian disana dengan berbagai kemudahan dan sebagainya. Tetapi disaat
alat berat itu mau didaratkan, pihak berkuasa meminta pajak alat berat
dan berbagai birokrasi yang merepotkan lainnya. Karena mereka kecewa
akhirnya mereka menelepon pemerintah Vietnam yang mau menerima alat
berat itu tanpa syarat pajak dan birokrasi yang bertele-tele lainnya.
Vietnam diuntungkan, sementara rakyat hanya bisa melihat berbagai
kemudahan itu dialihkan kenegara lain karena pemerintah mereka yang
bobrok.
Seorang
kawan pernah menceritakan tentang Pemerintah Arab yang menyumbangkan
kitab Tafsir, Hadis dan sebagainya gratis kepada rakyat sebanyak satu
kapal kontainer. Di Pelabuhan bantuan yang rencananya gratis itu diminta
pajak oleh pihak pemerintah yang berarkhir ditariknya kembali bantuan
kitab gratis tersebut yang membuat rakyat yang seharusnya mendapat kitab
gratis yang tidak akan pernah diberikan oleh pemerintah mereka sendiri
berlalu begitu saja.. (Sy mendapatkan kitab itu, tidak melalui
pemerintah RI, tetapi melalui pemerintah Msia yang dibagikan oleh UM.
Diwaktu
gempa menimpa Padang, kawan saya di Malaysia menyewa sebuah pesawat
yang penuh berisi dengan barang-barang dan alat bantuan untuk korban
gempa. Di Bandara, barang-barang itu tidak bisa dikeluarkan berjam-jam
lamanya. Pihak bandara meminta uang RM50.000 atau sekitar 150 Juta untuk
mengeluarkan bantuan gratis untuk korban gempa. Setelah melalui
berbagai kesulitan seperti melibatkan “orang kuat” dan sebagainya
barulah disepakati bahwa pihak penyumbang dibenarkan mengeluarkan
bantuan itu setelah mereka membayar RM5000 atau sekitar 15 juta.
–bantuan gempa yang dipersulit-
Korban
Tsunami Aceh juga hampir saja tidak bisa menerima bantuan gratis dari
negara luar karena banyaknya pungli dan biroktrasi yang nampaknya
sengaja diada-adakan dengan tujuan ada udang dibalik batu. Pihak negara
asing katanya sampai mengacungkan senjata berat karena bosan dengan
birokrasi untuk mengeluarkan bantuan gratis itu dari kapal. Adanya
bantuan kapal untuk nelayan dari Libiya dan Turkey yang katanya ditukar
menjadi kapal kecil yang tidak bisa berlayar ditengah laut yang luas.
Inilah
salah satu contoh kecil mentalitas aparat negara kita yang selalu
menyanyikan senandung nasionalisme, cinta tanah air, demi bangsa, negara
dan agama ini. Hakikatnya mereka sangat tidak mencitai negara dengan
menghambat kemajuan negara apalagi menghalang-halangi bantuan dari
negara luar. Tentu saja masih sangat banyak lagi contoh perangai buruk
yang tidak penulis ketahui tetapi pernah berlaku di negara ini.
Budaya
korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi racun yang membunuh masa depan
ini secara perlahan. Ibarat benalu yang mematikan ranting-ranting
kehidupan, ibarat virus yang melemahkan persendian badan, ibarat
anai-anai yang merapuhkan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Anehnya perbuatan terkutuk itu keluar dari mereka yang telah disumpah
untuk setia dan mencintai negara. Keluar dari mereka yang setiap
bulannya menerima gaji dari uang rakyat. dilakukan oleh mereka yang
diberi amanah untuk melakukan pekerjaannya dan mereka selalu menyanyikan
lagu nasionalisme.
Kalau
inginkan negara maju, maka virus, penyakit, benalu, racun itu harus
dibuang terlebih dulu baru bicara nasionalisme, cinta tanah air, bangsa,
agama dan negara.
Jangan bicara tentang nasionalime nyanyinya bung Iwan Fals..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar