Jumat, 02 Maret 2012

TKI DI PANCUNG ADALAH KESALAHAN SBY


Hukuman pancung sebenarnya adalah undang-undang yang berlaku di negeri Arab yang berdasarkan Syariah Islam. Ianya berlaku untuk semua orang termasuk warga negaranya sendiri. –lebih kurang sama seperti hukuman mati bagi kasus Narkoba di banyak negara dunia- Akan tetapi suasananya lebih kurang sama dengan di RI, orang yang licik, punya power dan berhasil melakukan KKN akan terlepas dari hukuman, sementara orang biasa akan dihukum dll.
Mengenai hukuman mati bagi warganegara asing di Arab sebenarnya bisa dilakukan melalui pendekatan diplomasi oleh orang-orang cerdas seperti yang dilakukan oleh Prof. Din Syamsuddin; http://us.detiknews.com/read/2011/06/22/093655/1665720/10/kisah-din-syamsuddin-bebaskan-kartini-dengan-kitab-kuning-pisang-raja atau seperti yang dilakukan oleh Philipina; http://us.dunia.vivanews.com/news/read/227947-cara-filipina-bebaskan-warga-dari-saudi dll.
Diplomasi secara cerdas disaat kritis juga bukanlah menjadi hal yang baru dalam dunia diplomatik. Ianya pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh cerdas negara ini seperti Muhammad Natsir, Adam Malik dll.
Hukuman mati terhadap TKI yang menjadi penyumbang devisa negara, memiliki banyak penafsiran bagi kita sebagai rakyat. Antaranya; 1. Tidak adanya –baru akan, itupun hanya hangat2 taik ayam- tindakan maksimal yang dilakukan oleh pemerintah untuk melindungi rakyatnya. Padahal mereka digaji dan menghabiskan uang rakyat setiap bulannya. 2. SBY dianggap seperti mentimun bongkok oleh negara-negara asing. Hanya bisa masuk karung, tapi tidak diperhitungkan. -Nampaknya Soekarno, Soeharto, Habibi, Natsir, Adam Malik dll jauh lebih dihargai negara asing dari sby-. 3. Apa gunanya menteri luar negeri, Duta Besar beserta instansi terkait yang digaji dari uang rakyat selama ini dll
Saya melihat (semoga salah) pendekatan politik Pembohongan, Pencitraan & Pengalihan Isu rejim sby-demokrat tidak bermanfaat bagi rakyat. Mayoritas tenaga dan sumber daya yang ada hanya digunakan untuk kepentingan politik kekuasaan “siapa dapatkan apa dan bagaimana”
SBY lebih sering terlihat sebagai wakil partai, keluarga dan kelompok daripada sebagai seorang Presiden yang setiap bulannya digaji dari uang rakyat untuk mengurus dan mengemban amanah yang diberikan rakyat. Sby lebih sering terlihat menjaga kepentingan diri, keluarga dan partai daripada menjaga hak-hak dan kepentingan serta amanah yang diberikan rakyat yang membayar gajinya.
Politik Pembohongan, Pencitraan dan Pengalihan Isu Sama Sekali Tidak Menguntungkan Rakyat dan Masa Depan Kepemimpinan SBY Tentunya. Maka berfikir dan bekerjalah untuk kepentingan rakyat, bukan untuk diri, keluarga dan partai lagi.. Please..
So, ibarat falsafah telunjuk; satu mengarah pada orang lain, 3 untuk diri sendiri dan satu abstain. Artinya sebelum kita menyalahkan negara lain, maka mari kita melihat, benahi, intropeksi siapa dan bagaimana mentalitas, profesionalisme, budaya kerja pemerintah kita yang setiap bulannya digaji dari uang rakyat untuk bekerja demi kepentingan rakyat. Apakah keberadaan dengan ketiadaan pemerintah memberi pengaruh yang berarti bagi kemaslahatan rakyat atau sebaliknya.
Who, what, when, where, why & How dalam dunia akademik yang membimbing kita..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar