Jumat, 02 Maret 2012

Malaysia kiblatnya Sumatera

Seorang mahasiswa yang melanggar perintah dosennya disebuah perguruan tinggi kelas pascasarjana di pulau Jawa, disuruh keluar kelas dengan berjalan mundur ke pintu. Padahal mahasiswa itu sudah berumur 50an dan dosen itu masih 30an.
Barang kali disuruh keluar itu bukan masalah bagi orang Sumatera karena dia masih bisa kemana-mana setelah itu. Yang paling berat baginya adalah disuruh keluar dengan berjalan mundur... karena mahasiswa dianggap tidak hormat kalau membelakangi dosennya yang darah biru itu.
Berjalan mundur jelas melanggar prinsip orang Sumatera yang tidak mengenal kasta dan perbedaan kelas darah selama ini. Ini juga dibuktikan dengan sejarah tidak adanya raja yang bisa bertahan lama di Sumatera karena falsafah orang Sumatera yang beraja sendiri dan ada juga diantara raja dan keluarga raja di Sumatera yang dibunuh oleh rakyatnya karena zalim dan tidak adil.
Saat ini ribuan mahasiswa dan dosen dari Sumatera melanjutkan kuliah S2 dan S3nya di Malaysia. Kebanyakan mereka kuliah di USM Pulau Pinang, UKM, UM, UPM. Mereka tidak perlu lagi menggadaikan maruah dan harga diri mereka sebagai orang Sumatera. Karena kebanyakan dosen orang Malaysia berdarah Sumatera. Ada yang berdarah Aceh, Medan, Riau, Jambi, Rao, Minang, Palembang, Jambi, dan berdarah lain juga tentunya. Jadi mereka tidak heran dengan prinsip, tingkah laku dan perangai orang Sumatera pastinya.
Di Malaysia mahasiswa tidak perlu lagi menundukkan badannya dihadapan dosen yang lewat. Kita bisa berbicara dengan dosen di kantin dan berjumpa dimana saja layaknya sebagai seorang partner (sahabat). Tidak perlu mencium tangan dosen, tidak harus merendahkan suara bila bicara dan berbagai kriteria lainnya. Yang pasti tidak akan melanggar prinsip dan harga diri orang Sumatera kalau kuliah di Malaysia.
Pergaulan sosial di Malaysia secara umum agak lebih baik dari di RI. Ada jarak pergaulan antara laki-laki dengan perempuan. Mayoritas wanitanya pakai jilbab. Laki-lakinya tidak ada yang berambut PUNK, celana koyak atau bergaya metal lainnya. Semua profesional apa adanya.
Hanya saja kehadiran orang RI ke Malaysia sebagiannya dianggap merusak sistem dan tatanan kehidupan orang Malaysia yang telah mereka bentuk selama ini. Rata-rata perempuan RI tidak pakai jilbab, memakai pakaian ketat dan sexi. Laki-lakinya berambut panjang, rambut caplak, baju koyak. Pergaulan antara laki-laki dengan perempuannya sangat dekat dan tidak ada jarak.
Kebanggaan bahkan kesombongan orang daerah yang kuliah di Jawa apalagi di UI, UGM, IPB dengan membangga-banggakan almamaternya rasanya saat ini hanya semacam nostalgia yang tinggal kenangan saja. Ini karena Perguruan tinggi Negeri di Malaysia cukup berkualitas. Universiti Malaya tempat saya belajar ini umpamanya saat ini menduduki rangking 180 besar dunia. Sementara perguruan tinggi di Indonesia yang selama ini dibangga-banggakan seperti UI, UGM, IPB dan sebagainya hanya menduduki 400 besar rangking dunia, atau hanya setaraf dengan universitas di Vietnam, Iraq atau negara-negara yang baru dilanda perang lainnya.
Kalau dulu orang daerah berebut-rebut kuliah di Jawa dan bahkan ada orang tua yang sanggup membayar ratusan juta sebagai uang pelicin agar anaknya bisa diterima di perguruan tinggi negeri atau swasta yang bergengsi lainnya, saat ini nampaknya kiblat pendidikan orang Sumatera telah beralih ke Malaysia. Pintar Malaysia membaca peluang ini dan bodoh Pemerintah kita yang masih berotak sentralisasi, dimana pendidikan berkualitas hanya harus ada di pulau Jawa saja...
Biaya kuliah di perguruan tinggi negeri Malaysia lebih murah dari perguruan tinggi di Indonesia yang hampir saja mengarah kepada bisnes pendidikan. Saat ini ratusan dosen senior dari berbagai perguruan tinggi Indonesia didatangkan ke Malaysia sebagai dosen tamu dan atau untuk memeriksa tesis dan disertasi mahasiswa. Kata mereka, 90% biaya pendidikan Malaysia di biayai oleh pemerintah dan kurang 10% dari uang kuliah mahasiswa. Mungkin di Indonesia yang berlaku sebaliknya...
Fasilitas internet gratis 24 jam, Gym olah raga, lapangan badminton, tenis, bola, futsal, renang dan berbagai kemudahan lainnya tersedia dengan gratis bagi mahasiswa dan keluarganya disini. Perpustakaan buka dari jam 8 pagi hingga 10 malam, bisa meminjam buku sampai 3 bulan lamanya. Transportasi dan kemudahan infrastruktur lainnya murah, mudah, aman dan terkesan bersih serta birokrasi yang terkesan lebih baik dan mudah dari di RI, yang sebagiannya masih diisi oleh mental-mental orde baru, dimana pejabat harus dilayani bukan melayani rakyat.
Mahasiswa S2 dan S3 di Malaysia tidak dijadikan sapi perahan sepenuhnya seperti di RI. Ini karena jasa mereka dihargai dengan berbagai bantuan keuangan, beasiswa dan bahkan gaji bagi RA dan penyelidik.
Dizaman orde baru dulu daerah dikebiri dan tidak boleh dimajukan melebihi Jakarta. Pesawat yang mau ke daerah harus transit melalui Jakarta dulu baru ke daerah dengan menggunakan pesawat milik negara. Saat ini Airasia melancarkan hubungan antara daerah dengan Malaysia. Bahkan di beberapa daerah, pesawat airasia berangkat beberapa kali dalam sehari antara Malaysia daerah dan sebaliknya.
Biaya transportasi darat, udara dan laut dari Daerah ke Kuala Lumpur jauh lebih murah, cepat, pasti, dan nyaman daripada dari Daerah ke Jakarta apalagi ke Jogja yang harus transit ke Jakarta dulu.
Kalau dulu pejabat daerah harus dari pusat atau alumni pulau jawa diutamakan dalam lapangan pekerjaan karena kualitas pendidikannya, maka 5 atau 10 tahun akan datang kita akan melihat sebuah kompetisi yang adil, dimana masa akan membuktikan siapakah yang lebih baik dan berkualitas.
Hanya saja saya harapkan putra daerah alumni luar negara jangan lagi melirik Jakarta (Jawa) sebagai tempat berbakti karena daerah lebih sangat memerlukan anda daripada Jakarta. Jangan berlaku falsafah kelapa condong dimana uratnya berakar di daerah tetapi buahnya jatuh ke Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar