Jumat, 02 Maret 2012

Kenapa Indonesia beraninya dengan Malaysia?

Baiknya Kita..
Seorang Profesor Negara tetangga lain menulis dalam artikelnya; Kebanyakan rumah mewah yang ada di Negara mereka, Kebanyakan uang yang beredar di Negara mereka adalah punya orang Indonesia. Kebanyakan pembangunan yang ada di Negara mereka dibangun dari uang yang datangnya dari Indonesia. Dan disaat Negara mereka mengadakan Grand Sale setiap tahunnya, lebih 2 juta orang Indonesia datang belanja kesana..
Seorang sahabat di Negara itu mengatakan; “dari jalan ini sampai ke ujung sana dulunya adalah lautan, dan sekarang menjadi daratan cantik yang ditimbun dengan pasir yang didatangkan dari pulau-pulau kecil di Riau”.
Apa Yang Kita Dapatkan Dari Negara tetangga itu?
- TKI laki-laki dari Indonesia diharamkan bekerja dan mencari nafkah di Negara mereka seperti dibidang pembangunan, kuli kasar, buruh dan sebagainya. mereka lebih memilih warga negara lain daripada WNI, dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal..
- Seorang teman mengatakan dan dari sumber lainnya; “satu persatu pulau-pulau kecil di Riau hilang karena pasirnya di angkut ke Negara mereka..
- Azan diharamkan menggunakan pengeras suara di semua masjid dan surau di Negara tetangga itu.
- Identitas orang melayu yang identik dengan Islam seperti istana, rumah, perkampungan orang Melayu, dihilangkan. Adat dan budaya melayu di Museum kan.
- Pemerintah mereka melayani & melindungi Koruptor RI yang telah membuat rakyat RI sengsara selama ini, (karena hak-hak rakyat untuk mendapatkan pendidikan, rumah sakit, infrastruktur, makan dan tempat tinggal yang baik terjajah dan terzalimi), dengan tidak mau menandatangani perjanjian extradisi.
- Banyak kali rakyat, nelayan dan petugas kita di acungkan senjata berat dan diusir dengan pengeras suara karena di sangka telah melintasi garis batasan laut kepunyaan Negara mereka
- Disaat mahasiswa Indonesia bunuh diri di Negara itu, karena katanya dizalimi sebab beasiswanya dihentinkan, tidak ada yang berani melawan mereka
Malaysia Agak Lebih Baik
“Sejahat” apapun Malaysia, saat ini ada 2 juta orang lebih WNI yang sedang mencari rezeki di Malaysia untuk nafkah keluarga mereka di RI. Triliyunan TKI mengirim uang ke Indonesia setiap tahunnya. Dapat dibayangkan bagaimana dampak sosial, ekonomi dan budaya yang akan berlaku di Indonesia kalau TKI pulang sekaligus..
TKI lah sebenarnya pahlawan yang harus dilindungi, karena mereka penyumbang devisa negara, sementara pegawai pejabat negara kebanyakannya hanya menghabiskan uang rakyat dan devisa negara. Kegunaan institusi mereka sangat perlu dipertanyakan disaat keberadaan mereka tidak memberikan manfaat yang berarti kepada rakyat atau seperti pepatah arab wujuduhu ka adamihi (adanya seperti tiadanya / ada dgn tiadanya sama saja).
Ribuan orang Indonesia (termasuk penulis) sedang belajar S2 & S3 di Malaysia saat ini. Kebanyakannya mendapat bantuan atau keringanan biaya dari pemerintah Malaysia dan banyak juga yang sambil bekerja. Uang kuliah di perguruan tinggi negeri Malaysia lebih murah dari Indonesia. Kualitas, Infrastruktur dan kemudahan lainnya jauh lebih baik dari di Indonesia tentunya.
Disaat saya keliling Indonesia bersama orang Malaysia, 100% rakyat RI yang kami temui merasa hormat dan kagum dengan Malaysia, begitu juga dengan rata-rata obrolan bekas TKI dari Malaysia.
Lalu yang sangat mengherankan, isu-isu remeh temeh yang sebenarnya bisa diselesaikan ditingkat diplomat, tetapi menjadi barang dagangan pasar yang dikonsumsi oleh rakyat umum. Isu ini sepertinya dimanfaatkan oleh segelintir orang yang memang memiliki agenda, bagaimana supaya Islam, Melayu dan Nusantara yang kaya dengan SDM & SDA ini, tidak menjadi sebuah kekuatan yang bisa menyaingi dominasi Barat.
Pengalihan Isu
Yang pasti, isu penangkapan AB Baasyir, isu vcd porno artis, isu teroris, isu FPI dan sebagainya tidak berhasil mengalihkan perhatian rakyat terhadap berbagai skandal perampokan uang rakyat melalui kasus BLBI, Century, Rekening Gendut Polisi, kenaikan BBM & harga bahan pokok, Penangkapan Susno Duadji, buruknya birokrasi dan pelayanan publik, maraknya korupsi, pelemahan KPK, gagalnya sebuah kepemimpinan, meningkatnya jumlah kemiskinan, pengangguran, perbuatan kriminal, buta huruf dan gagalnya hampir setiap departemen dan institusi pemerintahan, dalam memberikan manfaat keberadaan mereka yang berarti kepada rakyat.
Isu “memanaskan” hubungan Indonesia-Malaysia tidak akan membuat rakyat lupa terhadap semua penipuan, pembodohan dan perampokan uang rakyat yang telah, sedang dan akan berlaku di RI, termasuk isu TDL yang katanya akan dinaikkan di negara ini.
Semoga rakyat tidak mau diperbodoh untuk memikirkan apa yang sebenarnya menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah, melalui kedutaan dan departemen luar negeri, yang telah banyak menghabiskan APBN setiap tahunnya.
Damaikanlah Saudaramu
“Sesungguhnya orang beriman itu adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah semoga kamu mendapat rahmat” (QS: al-Hujurat ayat 10)
Pelemparan taik di kedutaan Malaysia, demo di rumah duta, CIMB, Petronas dll., pasti akan menyakitkan hati rakyat Malaysia. Hari raya semakin dekat, semoga para majikan tidak menunda-nunda pembayaran gaji, membatalkan niatnya untuk memberi THR (yang biasanya sebulan gaji) pada lebih dua juta orang pembantu rumah Indonesia, TKI/TKW lainnya di Malaysia karena tindak bodoh segelintir orang itu.
Walaupun gerakan Bendera tidak mewakili gerakan orang-orang cerdas di Indonesia seperti Senat Mahasiswa, Muhammadiyah, ICMI, HMI, FPI dll., namun Inteligent Indonesia harus mencari tahu siapakah Bendera sebenarnya? Apakah mereka bergerak untuk kepentingan partai politik tertentu, ataukah untuk menaikkkan partai dan pemimpin tertentu, ataukah mereka dibiayai oleh pihak asing untuk menghancurkan rantau asia tenggara ini dan banyak kemungkinan lainnya. Karena dampak jangka panjang tindakan Bendera itu jauh lebih berbahaya dari teroris yang masih samar-samar..
Kalau biasanya gerakan seperti ini tidak ditanggapi Malaysia, karena menganggap itu hanyalah gerakan segelintir rakyat yang tidak tahu (bodoh), namun baru-baru ini gerakan itu sudah mulai ditanggapi oleh ahli politik Malaysia melalui berbagai media massa, seperti oleh Samy Vellu, Bernama dll.
Ada dua kemungkinan mengapa Malaysia menanggapinya 1. Untuk membangkitkan rasa nasionalisme rakyat menjelang hari kemerdekaan Malaysia yang jatuh pada setiap tanggal 31 Agustus ini atau 2. Mungkin juga dimanfaatkan oleh bangsa Cina dan India Malaysia yang sememangnya kurang suka dengan hubungan baik Indonesia-Malaysia. Karena ia akan menggugat kepentingan mereka dari segi politik, ekonomi, social, budaya dan pembangunan di Malaysia.
Malaysia secara tidak resmi telah melarang rakyatnya datang ke Indonesia. Kalau ini berlanjut, pasti semua ini akan memberikan pengaruh terhadap perusahaan penerbangan, hotel, pariwisata, tempat berbelanja, investor di Indonesia. Semua ini akan berdampak pada tingginya angka kemiskinan akibat pengangguran. Karena pemerintah RI yang selama ini tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang mencukupi untuk rakyatnya nampaknya akan bertambah parah lagi.
Kalau sengketa ini berlanjut di tingkat pemerintah, maka akan sama-sama kita dengar, tiga, lima bulan lagi. Malaysia akan membeli peralatan perang yang baru, Amerika pula akan menawarkan “jasanya” pada TNI untuk memberikan pinjaman hutang, untuk membeli peralatan perangnya yang katanya, harga sebuah kapal perang bekas saja, sama dengan harga sebuah pulau besar di Indonesia.. Kesimpulannya; si labu dan si labi masuk penjara karena kebodohannya, sementara Haji Bakhil akan tetap menikmati kekayaannya…
Kesimpulan
Apakah kita berani dengan Malaysia karena kita berpikir, tidak mungkin Malaysia yang memiliki peralatan perang yang lebih canggih dari Indonesia itu, mau berperang dengan kita, karena warga negara mereka banyak keturunan Melayu Riau, Palembang, Aceh, Bugis, Minang, Mandailing, Rao, Jambi, Kerinci, Jawa, karena kita se agama Islam, satu rumpun melayu?
Apakah kita takut pada Negara tetangga Yang Lain itu karena mereka memiliki peralatan perang yang sangat canggih dan jauh meninggalkan Indonesia? Ataukah kita sengaja dibuat takut, karena para pejabat kita banyak yang memiliki hubungan mesra dengan Negara tetangga itu yang menyimpan uang mereka dalam bentuk saham dan investasi?.
Kenapa kita selama ini tidak membenci bangsa yang menguras minyak kita dengan caltexnya, yang menguras emas kita dengan freeportnya, gas kita dengan Harunnya dan sebagainya, tanpa memberikan dampak yang berarti terhadap pembangunan, ekonomi dan social rakyat. Semua itu perlu dipertanyakan juga tentunya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar