Kata
bohong, akhir-akhir menjadi aktor dalam panggung politik Indonesia.
Setelah sejumlah tokoh lintas agama yang mengungkapkan 18 kebohongan
Presiden SBY, kini lawan politik SBY juga ikut membeberkan kebohongan
lama.
Kebohongan
SBY dinilai Politisi Partai Gerindra Permadi sudah melampauai batas. Di
matanya, SBY tidak hanya membohongi rakyat tapi juga membohongi Tuhan.
“Tanya
Megawati dan Endriartono Sutarto. Endriartono penah dua sampai tiga
kali bertanya kepada SBY soal capres. SBY jawab, demi Tuhan saya tidak
akan mencalonkan presiden, tapi ternyata mencalonkan. Itu juga yang
membuat kenapa Mega sampai sekarang benci dengan SBY,” kata mantan
politisi PDIP Permadi dalam pesan singkatnya kepada matanews.com di Jakarta, Senin 17 Januari 2011.
Selain
itu, Permadi juga menuding SBY melakukan kebohongan soal harta
kekayaan. “Apakah bisa dipercaya kalau harta SBY Rp 6,2 miliar? Kalau
saya tidak percaya. Ibas baru beli pesawat pribadi. Masa kekayaannya
cuma Rp 6,2 miliar,” imbuhnya.
Dalam
pertemuan lintas agama yang digelar Senin 10 Januari lalu, para tokoh
lintas agama dan segenap aktivis serta emelen masyarakat merilis 18
daftar kebohongan yang dilakukan rezim SBY selama memimpin negara.
Dari
18 kebohongan SBY terhadap rakyat Indonesia, mereka membagi dua
kategori kebohongan yang dilakukan SBY. Sebanyak 9 kebohongan merupakan
kebohongan lama, sementara 9 lainnya merupakan kebohongan baru. Yang
paling mencolok dari kebohongan-kebohongan SBY tersebut adalah soal
angka kemiskinan. Pemerintah berkali-kali menyatakan telah berhasil
mengurangi kemiskinan menjadi 31,02 juta jiwa.
Faktanya,
jika digunakan pendekatan penduduk yang layak menerima beras untuk
rakyat miskin (Raskin), maka pada tahun 2010 kemarin, jumlah penerima
Raskin mencapai 70 juta orang. Tak hanya itu, jika dilihat dari data
penduduk yang berhak menerima layanan kesehatan bagi orang miskin
(Jamkesmas), jumlah warga miskin di Indonesia malah mencapai 76,4 juta
jiwa.
Rohaniawan
Yogyakarta Dr G Budi Subanar menilai tindakan para pemuka agama telah
faham betul tentangnilai moral sosial. “Evaluasi dari pemuka agama dalam
arti tertentu memberi peringatan,” terang pria yang akrab disapa Romo
Banar ini.
Ia
menyebutnya sebagai bagian dari peran kenabian agama, mengingatkan dan
mengantarai antara manusia dan Allah. Di sini, pemuka agama mengantarai
antara pemimpin pemerintah dengan masyarat banyak.
Dengan
ikut sertanya para pemuka agama memberi pernyataan tentang kebohongan
pemerintah, Romo Banar menilai situasi memang sudah genting. “Ini
seperti para resi turun gunung,” jelasnya.
Karena
pemerintah menggunakan politik pencitraan, peringatan dari pemuka
agama, dinilai Romo Banar, akan diredusir, dijadikan wacana saja. “Ini
bukan wilayah wacana, tetapi menyangkut wilayah keprihatinan. Belum
memeriksa diri sudah ada pembenaran karena mau politik pencitraan,”
tandasnya. (mut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar