Jumat, 02 Maret 2012

Sby Bohong Sejak belum jadi presiden

Kata bohong, akhir-akhir menjadi aktor dalam panggung politik Indonesia. Setelah sejumlah tokoh lintas agama yang mengungkapkan 18 kebohongan Presiden SBY, kini lawan politik SBY juga ikut membeberkan kebohongan lama.
Kebohongan SBY dinilai Politisi Partai Gerindra Permadi sudah melampauai batas. Di matanya, SBY tidak hanya membohongi rakyat tapi juga membohongi Tuhan.
“Tanya Megawati dan Endriartono Sutarto. Endriartono penah dua sampai tiga kali bertanya kepada SBY soal capres. SBY jawab, demi Tuhan saya tidak akan mencalonkan presiden, tapi ternyata mencalonkan. Itu juga yang membuat kenapa Mega sampai sekarang benci dengan SBY,” kata mantan politisi PDIP Permadi dalam pesan singkatnya kepada matanews.com di Jakarta, Senin 17 Januari 2011.
Selain itu, Permadi juga menuding SBY melakukan kebohongan soal harta kekayaan. “Apakah bisa dipercaya kalau harta SBY Rp 6,2 miliar? Kalau saya tidak percaya. Ibas baru beli pesawat pribadi. Masa kekayaannya cuma Rp 6,2 miliar,” imbuhnya.
Dalam pertemuan lintas agama yang digelar Senin 10 Januari lalu, para tokoh lintas agama dan segenap aktivis serta emelen masyarakat merilis 18 daftar kebohongan yang dilakukan rezim SBY selama memimpin negara.
Dari 18 kebohongan SBY terhadap rakyat Indonesia, mereka membagi dua kategori kebohongan yang dilakukan SBY. Sebanyak 9 kebohongan merupakan kebohongan lama, sementara 9 lainnya merupakan kebohongan baru. Yang paling mencolok dari kebohongan-kebohongan SBY tersebut adalah soal angka kemiskinan. Pemerintah berkali-kali menyatakan telah berhasil mengurangi kemiskinan menjadi 31,02 juta jiwa.
Faktanya, jika digunakan pendekatan penduduk yang layak menerima beras untuk rakyat miskin (Raskin), maka pada tahun 2010 kemarin, jumlah penerima Raskin mencapai 70 juta orang. Tak hanya itu, jika dilihat dari data penduduk yang berhak menerima layanan kesehatan bagi orang miskin (Jamkesmas), jumlah warga miskin di Indonesia malah mencapai 76,4 juta jiwa.
Rohaniawan Yogyakarta Dr G Budi Subanar menilai tindakan para pemuka agama telah faham betul tentangnilai moral sosial. “Evaluasi dari pemuka agama dalam arti tertentu memberi peringatan,” terang pria yang akrab disapa Romo Banar ini.
Ia menyebutnya sebagai bagian dari peran kenabian agama, mengingatkan dan mengantarai antara manusia dan Allah. Di sini, pemuka agama mengantarai antara pemimpin pemerintah dengan masyarat banyak.
Dengan ikut sertanya para pemuka agama memberi pernyataan tentang kebohongan pemerintah, Romo Banar menilai situasi memang sudah genting. “Ini seperti para resi turun gunung,” jelasnya.
Karena pemerintah menggunakan politik pencitraan, peringatan dari pemuka agama, dinilai Romo Banar, akan diredusir, dijadikan wacana saja. “Ini bukan wilayah wacana, tetapi menyangkut wilayah keprihatinan. Belum memeriksa diri sudah ada pembenaran karena mau politik pencitraan,” tandasnya. (mut)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar